Tidak Penting Jumlahnya Yang Penting Keberkahannya
Guru kami pernah menukil sebuah kisah yang disampaikan syaikh beliau saat belajar di Madinah. Dulu, tahun 1950-an, di kalangan para pedagang Madinah ada sebuah budaya yang bagus. Ketika toko seorang pedagang laris, sementara toko sebelahnya sepi, maka si pemilik toko yang laris ini akan mengarahkan sebagian konsumennya agar berbelanja ke toko sebelah. Atau, dia akan menutup tokonya, agar pembeli belanja di toko sebelah.
Ini luar biasa. Sebab, kultur ini menabrak prinsip ekonomi berkenaan dengan prospek dan keuntungan. Lazimnya, jika toko kita laris, maka penjualan mesti dioptimalkan. Strategi marketing mesti dirapikan, dibuat lebih canggih, agar konsumen semua mengalir ke toko kita. Jika perlu, celah-celah yang memungkinkan orang belanja ke toko lain ditutup rapat-rapat, agar kita bisa memonopoli pasar. Tapi, ini tidak. Alih-alih menggenjot penjualan dan melakukan ekspansi, pemilik toko ini malah mengarahkan konsumennya agar belanja di toko sebelah yang sedari pagi sepi pelanggan.
Kultur ini tak mungkin tumbuh kecuali di atas landasan akidah yang kuat. Si pedagang yakin bahwa Ar Razaq tidak akan mungkin salah alamat dalam membagi rejeki. Jika Allah ingin memberi, maka tak satu pun yang dapat mencegah. Sebaliknya, jika Allah ingin mencegah, maka tak satu pun akan dapat memberi. Karena itu, meskipun pedagang ini menutup toko atau mengarahkan konsumen ke toko sebelah, ia yakin itu tak akan pernah mengurangi jatah rejeki yang sudah Allah tetapkan untuknya.
Beda sekali dengan sebagian pedagang hari ini yang memiliki pola pikir bersaing. Mereka memandang pedagang lain sebagai kompetitor. Seakan-akan, rejeki Allah itu harus diperebutkan. Pembagian rejeki Allah dikalkulasi dengan pola pikir siapa cepat dia dapat. Akhirnya, masing-masing pedagang melakukan berbagai upaya agar ia lebih unggul dari saingannya. Jika perlu, lewat cara-cara haram yang dicela agama. Maka dari itu jangan serakah, Tidak Penting Jumlahnya yang Penting Keberkahannya. Mau itu banyak kalau cara mencarinya dengan kecurangan dengan jalan haram pasti jadinya tidak berkah, memberi makan anak dengan hasil yang tidak halal anda tau sendiri anak anda akan jadi seperti apa? kalo anak anda sekarang suka membantah perintah anda, suka kluyuran, tidak nurut , bahkan menghardik orangtua itu juga mungkin karena apa yang anda berikan ke anak anda, walaupun dapat sedikit atau pas pasan asalkan dicari dengan jujur maka akan ada keberkahan di dalamnya, sehingga mendatangkan manfaat saat uang atau rejeki tersebut dibelanjakan. hidup berkecukupan, sehat jasmani dan rohani.
Dari kisah singkat itu, saya mendapatkan insight bahwa cakupan aqidah ternyata bisa ke mana-mana. Tak terbatas pada soal keyakinan saja. Dampaknya bisa sampai pada muamalah juga. Wallahu allam.
Sumber artikel :
Posting Komentar untuk "Tidak Penting Jumlahnya Yang Penting Keberkahannya"