Keruntuhan Ekonomi Akibat E-commerce Yang Berjalan Tanpa Menghargai Eksistensi Rantai Distribusi
Banyak orang yang kebingungan atas apa penyebab dari keruntuhan ekonomi yang begitu dahsyat di hari ini. Daya beli runtuh, terjadi PHK di mana-mana, pengangguran di mana-mana, dan sulit sekali mencari pekerjaan. Ada yang sebut bahwa penyebabnya adalah judi online (judol), utang negara yang overdosis, inflasi pangan, korupsi, tapi hampir tidak ada yang sebut bahwa penyebabnya adalah E-commerce. E-commerce merupakan faktor terbesar atas keruntuhan ekonomi di hari ini, karena E-commerce mematikan eksistensi rantai distribusi (akibat ketiadaan regulasi di E-commerce, terutama regulasi soal harga jual), padahal eksistensi rantai distribusi sangat dibutuhkan demi menyediakan lapangan kerja bagi mayoritas masyarakat.
Rantai distribusi merupakan fondasi ekonomi Indonesia. Hampir semua pekerjaan yang ada di masyarakat berasal dari eksistensi rantai distribusi. Toko-toko di sekitar kita, pasar-pasar, tenant-tenant di dalam mall, pedagang-pedagang keliling, mereka semua adalah bagian dari eksistensi rantai distribusi. Tanpa adanya rantai distribusi, maka tidak akan ada lapangan kerja di masyarakat, sebab mustahil 280 juta masyarakat Indonesia beralih menjadi produsen semuanya, tapi hanya sebagian kecil yang mampu menjadi produsen, sementara sisanya bergerak di rantai distribusi. Oleh karena itu, eksistensi rantai distribusi perlu dijaga meski di kondisi kemajuan jaman apapun, supaya bisa menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Matinya rantai distribusi berarti runtuhnya fondasi ekonomi Indonesia, dan ketika fondasi ekonomi sudah runtuh maka ikut meruntuhkan keseluruhan bangunan ekonomi yang berdiri di atasnya. Inilah yang menjelaskan secara logis mengapa ekonomi negara menjadi runtuh dengan begitu dahsyat di hari ini (daya beli sangat lemah, PHK di mana-mana, pengangguran di mana-mana, sulit mencari kerja).
Sedari jaman dulu, Indonesia sudah punya masalah klasik utang negara yang overdosis & korupsi, tapi ekonominya mampu bertahan melewati badai karena fondasi ekonomi (eksistensi rantai distribusi) masih terjaga. Namun berbeda dengan di jaman sekarang, di mana fondasi ekonomi (eksistensi rantai distribusi) runtuh akibat E-commerce, maka mustahil bagi ekonomi Indonesia untuk bisa bangkit melewati badai.
Ekonomi Indonesia hanya bisa bangkit kembali kalau fondasi ekonomi (eksistensi rantai distribusi) dipulihkan, tidak ada jalan lain selain ini. Untuk itu, pemerintah butuh Meregulasi E-commerce supaya E-commerce mampu berjalan dengan menghargai eksistensi rantai distribusi.
Eksistensi rantai distribusi berasal dari adanya price-tier (standar struktur harga) yang jelas, dengan pola : pabrik > grosir besar > grosir sedang > grosir kecil > eceran > konsumen , di mana juga perlu memperhitungkan price-tier yang berbeda untuk setiap daerah karena adanya biaya transportasi grosiran dari daerah produksi ke daerah penjualan.
Contoh price-tier :
Baju kemeja lengan pendek merek “XYZ”, memiliki price-tier :
- harga produksi di level pabrik : Rp 100.000
- harga jual untuk di daerah A (daerah produksi) :
- harga jual ke level pedagang grosir besar : minimal 500 lembar >= Rp 107.500
- harga jual ke level pedagang grosir sedang : minimal 150 lembar >= Rp 115.000
- harga jual ke level pedagang grosir kecil : minimal 50 lembar >= Rp 122.500
- harga jual ke level pedagang eceran : minimal 12 lembar >= Rp 130.000
- harga jual ke level konsumen : minimal 1 lembar >= Rp 150.000
- harga jual untuk di daerah B (dengan memperhitungkan biaya transportasi grosiran dari daerah A ke daerah B) :
- harga jual ke level pedagang grosir besar : minimal 500 lembar >= Rp 110.000
- harga jual ke level pedagang grosir sedang : minimal 150 lembar >= Rp 117.500
- harga jual ke level pedagang grosir kecil : minimal 50 lembar >= Rp 125.000
- harga jual ke level pedagang eceran : minimal 12 lembar >= Rp 132.500
- harga jual ke level konsumen : minimal 1 lembar >= Rp 152.500
- harga jual untuk di daerah C (dengan memperhitungkan biaya transportasi grosiran dari daerah A ke daerah C) :
- harga jual ke level pedagang grosir besar : minimal 500 lembar >= Rp 112.500
- harga jual ke level pedagang grosir sedang : minimal 150 lembar >= Rp 120.000
- harga jual ke level pedagang grosir kecil : minimal 50 lembar >= Rp 127.500
- harga jual ke level pedagang eceran : minimal 12 lembar >= Rp 135.000
- harga jual ke level konsumen : minimal 1 lembar >= Rp 155.000
Supaya E-commerce mampu berjalan dengan menjaga eksistensi rantai distribusi, maka harga dari produk-produk yang dijual di E-commerce perlu mengikuti price-tier dari setiap produk, di mana price-tier dari setiap produk tsb wajib mengakomodasi adanya rantai distribusi sejumlah tertentu (diasumsikan 5 rantai distribusi : pabrik > 1. grosir besar > 2. grosir sedang > 3. grosir kecil > 4. eceran > 5. konsumen) & price-tier yang berbeda untuk setiap daerah karena perlu memperhitungkan biaya transportasi grosiran dari daerah produksi ke daerah penjualan.
Harga di E-commerce juga tidak bisa diutak-atik menjadi di bawah dari price-tier (misal melalui memberi diskon cashback pada produk atau diskon pada biaya ongkir), karena akan merusak ekosistem rantai distribusi, sebab ekosistem rantai distribusi sangat sensitif terhadap harga. Perbedaan harga yang sedikit saja akan merusak ekosistem rantai distribusi. Misal :
- Ketika konsumen yang seharusnya diberikan harga di level konsumen tapi karena adanya diskon cashback pada produk, maka harga akhirnya menjadi sama dengan harga di level grosir besar, sehingga rantai distribusi yang berada di antaranya (grosir sedang - grosir kecil - eceran) akan menjadi mati.
- Ketika konsumen yang seharusnya berbelanja di daerahnya tapi karena adanya diskon pada biaya ongkir, maka harga akhirnya menjadi lebih murah jika berbelanja di daerah lain (misal di daerah produksi) dibanding berbelanja di daerahnya, sehingga rantai distribusi yang berada di daerahnya akan menjadi mati.
Selain itu, E-commerce juga perlu berjalan dengan memenuhi 4 parameter dari ekonomi yang sehat, yaitu :
- Ketersediaan lapangan kerja (melalui : proteksi industri dalam negeri & menjaga eksistensi rantai distribusi).
- Pemerataan distribusi uang (melalui : proteksi segmen pedagang lemah, supaya bisa bersaing secara seimbang dengan segmen pedagang kuat, misal pedagang ecer vs grosir, daerah vs Jawa, offline vs online).
- Peredaran uang perlu berada di daerah lokal (melalui : mengutamakan supaya konsumen berbelanja di daerahnya sendiri, supaya menggerakkan roda ekonomi di daerah lokal).
- Peredaran uang perlu berada di dalam negeri (melalui : aplikasi-aplikasi E-commerce wajib berasal dari dalam negeri, supaya pemerintah punya kedaulatan penuh untuk mengatur E-commerce serta uang hasil usaha dari aplikasi-aplikasi E-commerce bisa tersimpan di dalam negeri).
Adapun contoh cara Meregulasi E-commerce bisa dilihat sebagai berikut :



Posting Komentar untuk "Keruntuhan Ekonomi Akibat E-commerce Yang Berjalan Tanpa Menghargai Eksistensi Rantai Distribusi"