Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembenahan Toko Retail Tradisional

Kehadiran toko retail modern (contohnya AlfaMart, CircleK, IndoMaret, dll) menyebabkan banyak toko retail tradisional (contohnya toko kelontong) kalah bersaing dan akhirnya harus gulung tikar. Saya sendiri lebih tertarik untuk berbelanja di toko retail modern dibanding toko retail tradisional karena faktor kenyamanan, kelengkapan produk, serta harga jual kompetitif yang dimiliki oleh toko retail modern dibanding toko retail tradisional. Jika saya mau berbelanja di toko retail tradisional, mungkin semata-mata hanya dikarenakan oleh rasa prihatin terhadap kelangsungan usaha dari toko retail tradisional.

Saya sendiri merasa bahwa keadaan ini sangat tidak adil, di mana toko retail modern terus-menerus berkembang sedangkan toko retail tradisional lama-kelamaan tertinggal. Pemerintah sendiri telah berusaha menangani masalah ini dengan menerbitkan berbagai peraturan yang membatasi persaingan antara toko retail modern dengan toko retail tradisional (Perpres 112/2007), seperti ukuran maksimal lahan, pajak, dan jarak antara toko retail modern dengan toko retail tradisional. Namun saya beranggapan bahwa upaya pemerintah untuk membatasi perkembangan toko retail modern menunjukkan bahwa pemerintah tidak kreatif dalam menangani masalah ini. Akan lebih bijak jika pemerintah menangani masalah ini dengan cara meningkatkan daya saing dari toko-toko retail tradisional melalui:
  • Pembinaan (mentoring) bagi para pelaku usaha toko retail tradisional mengenai bagaimana cara untuk mengelola usahanya secara modern.
  • Menyediakan sebuah “Software Pertokoan Gratis (namun dgn fitur yg terbatas (atau seadanya) agar tidak mematikan usaha dari para developer software pertokoan)” yang dapat digunakan oleh para pelaku usaha toko retail tradisional untuk mengelola usahanya. Dengan menggunakan software tersebut, maka pelaku usaha toko retail tradisional akan mudah untuk mengelola usahanya.

Dari pantauan saya, banyak toko retail tradisional yang masih dikelola oleh generasi tua yang belum mengikuti perkembangan teknologi saat ini. Oleh karena itu, tentu akan sulit untuk meyakinkan kepada generasi tua bahwa mereka perlu melakukan perubahan terhadap konsep bisnis mereka sehingga dapat bersaing dengan toko retail modern di era saat ini. Namun bagi generasi muda yang terbuka pada semangat perubahan, peralihan konsep bisnis dari tradisional menjadi modern adalah harga mati yang harus ditempuh untuk menjaga kelangsungan usahanya.

Ibarat 2 orang yang sedang berperang, yang satu menggunakan senjata bambu dan yang satu menggunakan senjata pistol. Pada akhirnya, tentu saja yang menang adalah orang yang menggunakan senjata pistol. Di dalam dunia usaha, senjata pistol ini dapat diterjemahkan sebagai:
  1. “Pengetahuan” untuk mengelola usaha secara modern.
  2. “Teknologi” untuk memudahkan pengelolaan usaha secara modern. Bentuk nyata dari “Teknologi” ini ialah software pertokoan yang digunakan untuk melakukan administrasi (atau pencatatan) terhadap inventori usaha. Melalui software pertokoan ini, maka pengelolaan usaha menjadi mudah sehingga memungkinkan pelaku usaha untuk lebih mengembangkan usahanya di waktu mendatang.
Sedangkan senjata bambu dapat diterjemahkan sebagai ketiadaan “Pengetahuan” dan “Teknologi” sehingga tidak dapat mengelola usaha secara modern.

Mengenai “Teknologi”, pembaca dapat mencoba untuk menggunakan aplikasi pertokoan “MiniMart” ataupun aplikasi pertokoan lainnya yang dapat memudahkan pembaca dalam mengelola tokonya. Sedangkan mengenai “Pengetahuan”, saya akan coba uraikan di dalam penjelasan berikut ini:








Dari penjelasan pada bagan-bagan sebelumnya, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa konsep bisnis modern dapat disederhanakan menjadi 3 hal berikut :

  • Konsep Swalayan : Konsep pelayanan di dalam toko cenderung berorientasi pada konsep swalayan (melayani diri sendiri).
  • Kenyamanan : Toko perlu diatur sedemikian rupa agar mampu memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang sedang berbelanja di dalam toko. Kenyamanan yang dimaksud mencakup perihal penataan barang yang rapi dan menarik, kebersihan, kesejukan, dan penerangan yang baik di dalam ruangan toko.
  • Komputerisasi : Pembukuan data barang, data transaksi, dan data-data lainnya yang menyangkut mengenai operasional toko perlu dilakukan secara terkomputerisasi (atau menggunakan software pertokoan tertentu). Komputerisasi bertujuan untuk memudahkan pemilik toko dalam mengelola usahanya, seperti memudahkan proses pengadaan stok barang, mengetahui total utang dan piutang, dan mengetahui perkembangan usaha dari waktu ke waktu.


Akhir kata, mari kita membenahi usaha kita dengan cara beralih dari konsep tradisional menjadi konsep modern sehingga usaha kita dapat bangkit dan bersaing dengan usaha-usaha modern lainnya.